Pengalaman pemeriksaan dan treatment saat promil

Halo bunda,
Kali ini saya mau cerita flash back tentang pengalaman selama program hamil, pemeriksaan apa aja dan treatment apa aja yang pernah saya jalani.



I. Promil dengan dr. Ubad M.B., Sp.OG. di klinik Apotek Libra Pringsewu Lampung

Sebelum menjalani pemeriksaan lanjutan di klinik Permata Hati Jogja, saya mendapatkan treatment minum obat metformin untuk membantu menurunkan berat badan (kelebihan berat badan saya mak...hik hik). Suami juga dikasih multivitamin gitu sama dsog karena ada masalah yang ditemukan dari hasil AS di lab.

Selain obat metformin, saya juga dikasih semacam vitamin sama dsog (tepatnya saya lupa namanya, yang saya inget ada asam folat gitu). Treatment beberapa bulan belum ada hasil dan perkembangan. Pemeriksaan rutin kondisi kandungan dengan USG transvaginal.


Untuk suami, saya pernah kasih treatment makan telur bebek setengah mateng. Kami juga pernah minum jamu herbal yang kami konsumsi saat jeda berobat (saat sedang tidak mengkonsumsi obat dari dsog).

Saat kontrol kandungan berikutnya setelah konsumsi jamu herbal, rupanya ada perkembangan pada kesuburan. Sel telur berkembang... Dokter pun kasih obat penyubur (kalo nggak provula ya profertil, saya lupa) dan obat yang diminum untuk mendukung ovulasi, tapi pada bulan berikutnya saya masih dapat haid (meski terlambat dapet haidnya).

Berbulan-bulan treatment dengan obat belum ada perkembangan akhirnya dsog menyarankan suami untuk AS ulang (dan hasilnya belum ada perkembangan signifikan), saya pun juga disarankan dsog untuk tes HSG (hasilnya bagus, kedua tuba paten).

Biaya HSGnya sekitar 600ribuan. Rasanya HSG...dah agak lupa, hihi (yang saya inget sih agak nyeri mules gitu sesaat proses berlangsung). Setelahnya baik-baik aja kok. Saya pernah sakit perut yang hebat saat masih kuliah karena infeksi saluran kemih, dan rasa sakit HSG masih lebih ringan. Its OK. Demi promil lebih jelas arahnya dan tidak buang-buang waktu karena kondisi kita spt apa dsog bisa menilai setelah tau ada tidaknya masalah pada saluran reproduksi.

Kemudian beberapa bulan setelah tes HSG dan menjalani treatment obat dari dsog untuk saya dan suami belum membuahkan hasil, akhirnya dokter merujuk kami ke klinik infertilitas Permata Hati karena dokter memiliki dugaan-dugaan permasalahan tetapi tdk bisa ditangani mengingat keterbatasan alat dan ilmu yang lebih kompeten. Kami respek dengan dsog yang apa adanya begini, shg jelas apa yang harus kami jalani slanjutnya. Lamanya kami menjalani promil dengan dr. Ubad kira 1 tahun.

(NB. Sebelumnya saya domisili di kota Metro Lampung, saya konsultasi dan periksa kandungan selama beberapa bulan di Metro---ada dua dsog senior yang pernah kami datangi, tapi karena feelingnya ada something happened dan pengin coba dsog lain akhirnya kami pindah berobat ke Pringsewu).


Babak baru promil di Jogja pun dimulai...

Dalam perjalanan pemeriksaan lanjutan di klinik Permata Hati, dokter yang pertama kali kami temui dr. Zain Alkaff, Sp.OG. karena dr. Shofwal Widad sedang berhalangan. Pada hari itu suami langsung diminta untuk AS di Permata Hati. Hasilnya ada masalah shg suami diberi obat antibiotik dan multivitamin.

Sementara itu, oleh dr. Zein dilakukan usg transvaginal, beliau menemukan adanya sariawan di mulut rahim (erosi portio), yang menurut beliau sebaiknya dilakukan cauterisasi karena kondisi tsb menurut dr. Zein cukup signifikan berpengaruh terhadap penyulit kehamilan. Kebetulan alat cauterisasi di Permata Hati sedang rusak waktu itu so saya menjalani cauterisasi sore harinya di kliniknya dr. Zein di RSB Fajar.

Biaya cauterisasinya 500rb..prosesnya cuma sebentar, sekitar 5 menit.
Obat yang dikasih dsog buat saya ada antibiotik yang dimasukkan lewat dubur.

Pemeriksaan berikutnya ditangani dr. Luthfi Alkaff, Sp.OG. (ternyata beliau ini putranya dr. Zain Alkaff :D) karena pas belum jodoh lagi ketemu dr. Widad. Oleh dr. Luthfi saya masih diberi vitamin dan antibiotik telan. Sementara suami dikasih multivitamin dan disarankan minum habatussauda.

Pemeriksaan berikutnya akhirnya ketemu dr. Shofwal Widad, dan setelah dipelajari rekam medisnya beliau meminta suami untuk AS ulang (hasilnya belum ada perubahan sehingga dr. Widad menyarankan suami untuk pemeriksaan lanjut dengan dr. Dicky--androlog Permata Hati.

Tapi.. qodarullah sampe akhirnya saya hamil setengah tahun kemudian, suami belum dapat waktu untuk cuti buat pemeriksaan dgn dr. Dicky). Dan memang belum siap dana lagi juga buat PP lampung-jogja dan biaya treatment (harap maklum... :p)

Pada konsultasi lanjutan dgn dr. Shofwal Widad, beliau bilang masalah saya ada di PCOS. Beliau menyarankan saya untuk menurunkan berat badan/diet sehat, olahraga (aerobik) teratur, dan saya diberikan obat penyubur kandungan untuk melihat reaksi sel telur (apakah respon atau tidak). Pada siklus selanjutnya dilakukan observasi ternyata sel telur tidak respon :(

Saat itu, dr. Widad memberi tahu adanya kemungkinan dilakukan inseminasi, sambil menunggu kejelasan kondisi suami setelah dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan dr. Dicky.

Saat kontrol terakhir, dr. Widad memberikan obat penyubur (dipthen) dengan dosis lebih tinggi dari yang pertama untuk melihat respon sel telur pada kontrol selanjutnya. Oh ya, saya juga diminta tes darah di lab Permata Hati buat cek hormon prolaktin, kuatirnya tinggi tapi alhamdulillah hasilnya bagus gak ada masalah.

Sebelum balik ke Lampung lagi, saya datang lagi ke Permata Hati buat konsultasi dr. Widad, tapi karena beliau berhalangan lagi sedang menangani operasi akhirnya saya ambil konsultasi dr. Luthfi Alkaff. Karena beberapa bulan direncanakan gak bisa kontrol karna balik Lampung, akhirnya dr. Luthfi memberi resep obat untuk saya konsumsi selama 3 bulan (ada metformin dan asam folat).

Waktu itu kami berencana ke Jogja saat lebaran. Sembari bersiap untuk tindakan lanjutan ke Permata Hati (nabung dulu bunds...heuheu).

Selama di Lampung kami semangat buat diet sehat dan jaga makanan... Bulan Mei itu saya berdoa dapat keajaiban bisa kasih kado kehamilan buat suami di hari ulangtahunnya yang ke 30 *_*


Dan rupanya harapan itu pupus setelah dapat haid. Sedih banget rasanya... Dan bulan Juni adalah saat kegalauan berat karna ingin segera melanjutkan promil balik ke Jogja tapi apa daya dana tak sampai :P.

Sekitar minggu terakhir Juni suami mengalami musibah ban mobil lepas di Jl. Lintas Sumatra bersama rombongan kantor, dan alhamdulillah selamat tidak ada luka sebab pertolongan-Nya mobil berhasil dikendalikan sehingga dapat berhenti ke pinggir jalan. Waktu itu saya merinding... Ya ALLAH semoga musibah tsb menjadikan kami bisa lebih dekat denganMu, dan dalam hati kecil saya mbatin, semoga ada rezeki besar yang akan Allah datangkan setelah musibah itu. *Pray*



Saat memasuki bulan Ramadhan 1436 H, saya dan suami menjadikan momen untuk lebih mendekatkan diri pada Sang Khaliq. Waktu yang sangat istimewa untuk memohon pertolongan.. Waktu yang sangat istimewa untuk memperbanyak sedekah dan doa... Setiap kali saya minta doa ke ibu, sempat dijawab semoga segera dikabulkan Allah. Semoga besok jadi kado terindah di hari ultahmu. Dan saat itu...jujur saya hanya meng-amin-i dalam hati, dan dalam hati kecil saya nggak berani berharap lebih... lagi takut kecewa.

Jadi saya lebih pasrah aja. Saya jadi lebih menikmati keadaan...dan nggak terlalu kepikiran masalah hamil apa nggak (baru berani beharap lagi nanti setelah treatment lanjutan di Jogja, pikir saya). Saya dan suami hanya berikhtiar hidup sehat, sambil minum obat dari dokter dan kami mencoba minum madu penyubur selama satu bulan (baru konsumsi sebotol) (seperti cerita saya di sini)




Akhir cerita,

Atas kehendak-Nya...tanpa diduga saya ketauan hamil pada minggu pertama Juli setelah bulan Juni saya nggak dapat haid (saya pikir waktu itu siklusnya mundur lagi hampir 40 hari). 6 Juli 2014 adalah ulang tahun saya ke-27. Saat itu usia kehamilan masuk 5 minggu. Speechless... bersyukur. Allah punya rencana yang terbaik :')




Desember 03, 2014

0 komentar:

Posting Komentar